Awal yang Aneh
Label: BEGINNING DOESN’T ALWAYS START ON BEGINNING , bersambung , cerbung , cerita , curhat , karangan
0
BEGINNING DOESN’T ALWAYS START ON BEGINNING
by: Number02
(bad steps make worst at the end)
by: Number02
(bad steps make worst at the end)
Semua orang tidak bisa menghindar dari takdir dan ketentuan hidup mereka. Takdir itu sudah sepenuhnya menjadi penentu kehidupan yang kita punya. Kadang banyak orang beranggapan bahwa takdir bisa berubah kalau kita bisa melakukan sebuah perubahan. Itu benar, tapi hanya untuk takdir yang bisa di usahakan saja, seperti orang yang bodoh bisa menjadi pintar dan lain-lain.
Semua hal dan kejadian yang menimpa kita sudah sepenuhnya tertulis di jalan kehidupan kita. Itu semua tergantung seperti apa kita memulai menulis di lembaran kehidupan kita itu. Sebuah gradasi warna akan membuat sebuah lukisan bisa menjadi terlihat berharga ketimbang hanya 2 warna saja, hitam putih. Tetapi terlalu banyak warna dan kita terlalu berani menaruh warna dalam kertas itu juga bisa membuat hasil yang kurang memuaskan. Terkecuali kita memang seorang pelukis yang tahu bagaimana cara menggunakan warna dengan baik.
Apa yang aku rasakan sekarang mungkin adalah akibat dari terlalu berani memainkan warna ketika menjalani sebuah hubungan dengan seseorang. Titik bisa menjadi garis, garis bisa menjadi gores, dan gores itu bisa indah atau pahit.
Kenyataanya sekarang, mungkin aku terkena semacam karma atau kutukan secara tidak langsung dari memainkan warna itu. Namaku Reno Sasongko, sekarang aku kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Aku kuliah mengambil jurusan Teknik Sipil, aku sangat ingin menjadi seorang insinyur sedari kecil. Boleh dibilang, aku mungkin salah satu anak yang beruntung bisa mewujudkan cita-citanya sedikit lagi. Pertemananku berjalan seperti biasa, tidak ada yang istimewa dari hubungan pertemananku selama di kuliah. Kecuali aku mempunyai seorang teman yang bisa di bilang dia adalah teman dekat dan sangat dekat.
Arina Putri Raharjo, seorang wanita yang berpikiran luas dengan segala keputusan indah yang diambilnya. Setiap langkah dari wanita ini selalu akan menemukan sebuah cerita yang tak seharusnya terjadi. Hela nafasnya membawa sebuah petualangan baru bagi kehidupan orang disekitarnya. Wanita hebat ini adalah temanku dari aku SMA, meski kita bukan berasal dari sekolah yang sama. Mengenal dia bukan berarti sebuah kekecewaan, justru dengan mengenal semua konflik yang dia alami kita bisa intropeksi bahwa kehidupan manusia bisa berubah atau mengalami seperti apa yang dia temui.
Kami sudah berteman hampir 2 tahun sejak awal pertemuan kami di sebuah tempat les. Kami sering membicarakan semua hal tentang diri kami masing-masing. Sampai banyak orang beranggapan bahwa kami berdua memiliki hubungan spesial. Bahkan sampai pacarku waktu itu (kini mantan) menganggap kami sedang selingkuh. Bisa jadi apa yang aku lakukan ini adalah sebuah goresan warna yang terlalu ekstrim. Salah gores sedikit, habis sudah perjuangan dalam membuat lukisan yang indah.
Aku sekarang mencoba memulai kehidupan yang baru dikuliah ini, mengenal banyak orang, mengenal sifat dan watak yang baru, mengenal aroma baru, serta mengenal suasana baru. Kebanyakan orang sangat menyukai hal-hal baru yang ada di sekitar mereka, termasuk aku.
Walaupun begitu, aku masih tetap tidak bisa untuk melepas atau melupakan semua kenangan yang pernah aku jalani bersama mantan pacarku dulu. Banyak orang mengatakan aku harus cari pacar baru, gabung komunitas baru, atau buat kegiatan yang melibatkan orang banyak hingga aku dapar melupakan mantanku itu. Benar sih, tapi buat apa kita membuat sebuah karya yang indah tapi kita membuangnya. Seperti seorang penulis buku yang bukunya best seller di semua toko buku, dan ketika dia ingin membuat buku yang baru dia harus membuang semua karya yang pernah dibuat sebelumnya, dia bakar atau dia lempar ditengah laut. Buat apa hal seindah kenangan harus terbuang dengan susah payah sedangkan kita juga membuatnya dengan susah payah. Melelahkan..
Setelah kenal cukup banyak orang di tempat baru aku kuliah, kini aku dikenalkan dengan beberapa gadis oleh temanku. Yang pertama ini adalah kenalan dari teman SMA ku dulu, aku yang meminta untuk dikenalkan dan dicarikan. Alhasil berkenalanlah dua sejoli ini lewat BBM, singkat cerita kami sudah saling dekat dan sedikit lagi bisa mencapai tahap yang dinanti yaitu “pacaran”. Akhirnya setelah sekian lama sedikit tersiksa dengan keletihan batin harapan baru muncul.
“Fia, besok sibuk?”
“Engga, kenapa Ren?”
“Mau ketemu ga Fi?”
“Dimana?”
“Di bioskop aja, sekalian kita nonton”
“Oke, jam berapa nih?”
“Jam set12 kita udah disana aja, gimana?”
“Yaudah, jam segitu ketemuan disana ya”
“Iya Nafia.. :)”
Kami pun bertemu dan memesan film yang akan kami tonton. Aku adalah orang yang sangat menikmati film, setiap adegan dari film itu tidak akan terlepas dari pandanganku. Apalagi kalau film ini memang aku suka. Sayangnya, Nafia selalu saja mengajakku untuk terus berbicara ketika di dalam teater itu. Ya maklumlah memang kita kan baru bertemu kali ini, mungkin dia masih mau untuk bicara lebih banyak denganku. Sempat terpikir bahwa ini kencan yang salah, Nafia tidak bisa menikmati film yang aku tonton. Mungkin juga ini adalah cara yang salah, baru pertama kita mengenal kita langsung nonton.
Ketika film berlangsung Nafia bertanya tentang bagaimana keseharianku selama ini, yang salah adalah aku hanya merespon dengen kata-kata “hmmm”, “iya ga masalah”, “oh gitu siip”. Aku juga sih yang salah, kenapa aku harus ngajak dia nonton disaat pertama kita kenal. Aku juga belum memberi tahu kalau aku emang gini kalau lagi nonton, selalu terpaku pada film ketika aku nonton. Akhirnya ketika film sudah berjalan separuh,
“Ren, aku ke toilet ya”
“Oh kapan?”
“Ya sekarang lah, masa besok”
“Oh gitu, yaudah”
Fine, aku menikmati film dengan tenangnya sampai-sampai aku baru nyadar kalau Fia tidak kembali lagi dari toilet itu sedari tadi. Aku panik!! Sumpah panik, anak orang ilang gara-gara aku terlalu serius menonton film.
Di luar teater aku berusaha mencari Fia di segala tempat, mungkin dia bete jadi dia menunggu di luar. Tapi semua tempat sudah aku cari dan hasilnya nihil. Sembari mencari aku juga mencoba untuk chat BBM nya Fia, sampai 3 kali aku mencari kontaknya tidak ketemu-ketemu. Aku pikir ini karena terlalu panik jadi tidak konsentrasi dalam mencari. Setelah aku menenangkan diri dan duduk di ruang tunggu bioskop itu, dengan wajah yang ga enak kalau dilihat aku kembali mencari kontaknya.
Alhasil...
“Buset, pantesan ga ada.. Gua di delcont. Kampret !!”
Ini adalah kencan gagal pertamaku, belum pernah aku mengalami hal seperti ini. Oke ini sangat parah. Di luar kendali dan yang pasti aku merasa tidak enak sama gadis itu dan juga teman yang sudah mengenalkan kami.
Besoknya aku memberi tahu temanku tentang semua kejadian ini. Aku menjelaskan semuanya sampai dia pun juga terkejut dengar reaksi temannya. Tapi ini bukan sepenuhnya salahnya Nafia, tapi aku juga yang salah karena menghiraukannya. Sebenarnya, Nafia adalah orang yang baik, dia mempunyai paras yang cantik. Aku juga menyesal kenapa aku begitu tega menghiraukannya demi sebuah film.
Semua itu berlalu, 2 bulan sudah setelah kejadian itu terjadi. Kejadian yang mungkin saja bisa dibilang memalukan tapi cukup bisa membuat aku intropeksi. Hal ini juga aku ceritakan kepada Salsa, mantan pacarku. Dia langsung tertawa terbahak-bahak dan mengejekku dengan gaya ejekannya.
“Hahaha, Reenooo kok bisa gitu loh kamu biarin tuh cewe begitu”
“Ya aku kan emang gitu sa kalau lagi nonton, kamu tau kan?”
“Hmm iya sih, tapi aku juga ga segitunya amat sampai ninggalin kamu begitu”
“Iya, yaudah ga usah dibahas lagi”
“Engga aku masih mau bahas sampe kamu bete, haha lagian kok km jga ga nyadar sih?”
“Nah itu dia sa, aku juga ngerasa bersalahnya disitu”
Salsabilla Azzahra, dia seorang wanita yang tangguh mempunyai pendirian yang kuat dan cerdas. Selalu kritis apabila menemukan sesuatu yang tidak dia sukai ataupun tidak cocok dengan jalan pikirannya. Seorang calon dokter yang ramah ketika disapa.
Kita sudah tidak memiliki hubungan lagi semenjak kita lulus SMA, ketidaksamaan pola pikir membuat kita memutuskan untuk menghentikan hubungan saat itu juga. Tidak lagi menjalani sebuah hubungan bukan berarti menghalangi untuk saling memberi perhatian, ini terbukti kita masih saling berkomunikasi bahkan kita juga sesekali bertemu.
Terlepas dari masalah Salsa, aku kembali dikenalkan dengan seorang gadis lainnya oleh temanku. Kami kemudian bertemu di salah satu acara standup comedy, cara bertemu kami cukup unik. Kita saling mengenal ketika kita sama-sama tertawa, suasana hangat menyelimuti aura perkenalan kita, dengan harapan ini akan bisa lanjut lebih baik dari sebelumnya.
“Ver, besok kampus ga?”
“Iya Ren, tapi gue masuk jam 11an gitu kenapa?”
“Ga pp sih, mau ketemu aja hehe”
“Hmm yakin? Hahaha lo kan anaknya kelewat rajin. Abis kuliah langsung pulang”
“Hmm demi lo gua mau nunggu deh itu juga kalo cuaca mendukung hehe”
“Tuhkan, gua bilang juga apa. Yaudah jam 10an gmn?”
“Oke, kita tunggu besok ya”
Kami satu Universitas tapi beda fakultas. Kami jarang ketemu, tapi aku cukup yakin bahwa dia bisa menggoreskan warna baru di kehidupanku. Dia bisa dengan sangat rapih menggoreskan semua tintanya di sebuah kanvas yang tidak terlalu bersih. Semua lekukannya terlihat tegas terbuat dengan seksama. Secara teliti semua warna dipadukan menjadi satu dan kita hampir menyelesaikan lukisan yang indah ini.
Hadirnya Alice Veronita ini memang membuat segalanya berubah. Bangun pagi pun semangat untuk berangkat ke kampus lebih semangat lagi. Boleh dibilang sih moodboster lah. Vero, begitu panggilan akrabnya, sangat simple dan gadis yang aktif. Hampir semua kegiatannya di dedikasikan untuk kampus ini. Memang beda dengan karakterku yang malas mengikuti kegiatan apapun di kampus.
Singkat cerita kami berdua pergi untuk pertama kali, belajar dari pengalaman yang sudah kali ini aku tidak akan pergi ke bioskop untuk nonton. Dia akan kuajak jalan aja dan mungkin bisa makan di pinggir jalan atau apalah. Kami jalan dan menghabiskan waktu di panasnya kota Jakarta, dengan segala kebisingan yang ada aku tetap bisa mendengar suaranya yang pelan. Polusi yang menyesakki Ibukota ini tak membuat hidungku kebal dengan aroma parfumnya. Serta silau matahari pun tidak mampu menyipitkan mataku untuk melihat wajahnya. Semuanya berjalan dengan sempurna, ada tawa di balik ramainya suasana pinggir jalan saat itu. Ada tatapan penuh harap dari teriknya matahari saat itu, dan ada cinta yang akan terucap dari semua kepenatan kota itu.
Bersambung...
Semua hal dan kejadian yang menimpa kita sudah sepenuhnya tertulis di jalan kehidupan kita. Itu semua tergantung seperti apa kita memulai menulis di lembaran kehidupan kita itu. Sebuah gradasi warna akan membuat sebuah lukisan bisa menjadi terlihat berharga ketimbang hanya 2 warna saja, hitam putih. Tetapi terlalu banyak warna dan kita terlalu berani menaruh warna dalam kertas itu juga bisa membuat hasil yang kurang memuaskan. Terkecuali kita memang seorang pelukis yang tahu bagaimana cara menggunakan warna dengan baik.
Apa yang aku rasakan sekarang mungkin adalah akibat dari terlalu berani memainkan warna ketika menjalani sebuah hubungan dengan seseorang. Titik bisa menjadi garis, garis bisa menjadi gores, dan gores itu bisa indah atau pahit.
Kenyataanya sekarang, mungkin aku terkena semacam karma atau kutukan secara tidak langsung dari memainkan warna itu. Namaku Reno Sasongko, sekarang aku kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta. Aku kuliah mengambil jurusan Teknik Sipil, aku sangat ingin menjadi seorang insinyur sedari kecil. Boleh dibilang, aku mungkin salah satu anak yang beruntung bisa mewujudkan cita-citanya sedikit lagi. Pertemananku berjalan seperti biasa, tidak ada yang istimewa dari hubungan pertemananku selama di kuliah. Kecuali aku mempunyai seorang teman yang bisa di bilang dia adalah teman dekat dan sangat dekat.
Arina Putri Raharjo, seorang wanita yang berpikiran luas dengan segala keputusan indah yang diambilnya. Setiap langkah dari wanita ini selalu akan menemukan sebuah cerita yang tak seharusnya terjadi. Hela nafasnya membawa sebuah petualangan baru bagi kehidupan orang disekitarnya. Wanita hebat ini adalah temanku dari aku SMA, meski kita bukan berasal dari sekolah yang sama. Mengenal dia bukan berarti sebuah kekecewaan, justru dengan mengenal semua konflik yang dia alami kita bisa intropeksi bahwa kehidupan manusia bisa berubah atau mengalami seperti apa yang dia temui.
Kami sudah berteman hampir 2 tahun sejak awal pertemuan kami di sebuah tempat les. Kami sering membicarakan semua hal tentang diri kami masing-masing. Sampai banyak orang beranggapan bahwa kami berdua memiliki hubungan spesial. Bahkan sampai pacarku waktu itu (kini mantan) menganggap kami sedang selingkuh. Bisa jadi apa yang aku lakukan ini adalah sebuah goresan warna yang terlalu ekstrim. Salah gores sedikit, habis sudah perjuangan dalam membuat lukisan yang indah.
Aku sekarang mencoba memulai kehidupan yang baru dikuliah ini, mengenal banyak orang, mengenal sifat dan watak yang baru, mengenal aroma baru, serta mengenal suasana baru. Kebanyakan orang sangat menyukai hal-hal baru yang ada di sekitar mereka, termasuk aku.
Walaupun begitu, aku masih tetap tidak bisa untuk melepas atau melupakan semua kenangan yang pernah aku jalani bersama mantan pacarku dulu. Banyak orang mengatakan aku harus cari pacar baru, gabung komunitas baru, atau buat kegiatan yang melibatkan orang banyak hingga aku dapar melupakan mantanku itu. Benar sih, tapi buat apa kita membuat sebuah karya yang indah tapi kita membuangnya. Seperti seorang penulis buku yang bukunya best seller di semua toko buku, dan ketika dia ingin membuat buku yang baru dia harus membuang semua karya yang pernah dibuat sebelumnya, dia bakar atau dia lempar ditengah laut. Buat apa hal seindah kenangan harus terbuang dengan susah payah sedangkan kita juga membuatnya dengan susah payah. Melelahkan..
Setelah kenal cukup banyak orang di tempat baru aku kuliah, kini aku dikenalkan dengan beberapa gadis oleh temanku. Yang pertama ini adalah kenalan dari teman SMA ku dulu, aku yang meminta untuk dikenalkan dan dicarikan. Alhasil berkenalanlah dua sejoli ini lewat BBM, singkat cerita kami sudah saling dekat dan sedikit lagi bisa mencapai tahap yang dinanti yaitu “pacaran”. Akhirnya setelah sekian lama sedikit tersiksa dengan keletihan batin harapan baru muncul.
“Fia, besok sibuk?”
“Engga, kenapa Ren?”
“Mau ketemu ga Fi?”
“Dimana?”
“Di bioskop aja, sekalian kita nonton”
“Oke, jam berapa nih?”
“Jam set12 kita udah disana aja, gimana?”
“Yaudah, jam segitu ketemuan disana ya”
“Iya Nafia.. :)”
Kami pun bertemu dan memesan film yang akan kami tonton. Aku adalah orang yang sangat menikmati film, setiap adegan dari film itu tidak akan terlepas dari pandanganku. Apalagi kalau film ini memang aku suka. Sayangnya, Nafia selalu saja mengajakku untuk terus berbicara ketika di dalam teater itu. Ya maklumlah memang kita kan baru bertemu kali ini, mungkin dia masih mau untuk bicara lebih banyak denganku. Sempat terpikir bahwa ini kencan yang salah, Nafia tidak bisa menikmati film yang aku tonton. Mungkin juga ini adalah cara yang salah, baru pertama kita mengenal kita langsung nonton.
Ketika film berlangsung Nafia bertanya tentang bagaimana keseharianku selama ini, yang salah adalah aku hanya merespon dengen kata-kata “hmmm”, “iya ga masalah”, “oh gitu siip”. Aku juga sih yang salah, kenapa aku harus ngajak dia nonton disaat pertama kita kenal. Aku juga belum memberi tahu kalau aku emang gini kalau lagi nonton, selalu terpaku pada film ketika aku nonton. Akhirnya ketika film sudah berjalan separuh,
“Ren, aku ke toilet ya”
“Oh kapan?”
“Ya sekarang lah, masa besok”
“Oh gitu, yaudah”
Fine, aku menikmati film dengan tenangnya sampai-sampai aku baru nyadar kalau Fia tidak kembali lagi dari toilet itu sedari tadi. Aku panik!! Sumpah panik, anak orang ilang gara-gara aku terlalu serius menonton film.
Di luar teater aku berusaha mencari Fia di segala tempat, mungkin dia bete jadi dia menunggu di luar. Tapi semua tempat sudah aku cari dan hasilnya nihil. Sembari mencari aku juga mencoba untuk chat BBM nya Fia, sampai 3 kali aku mencari kontaknya tidak ketemu-ketemu. Aku pikir ini karena terlalu panik jadi tidak konsentrasi dalam mencari. Setelah aku menenangkan diri dan duduk di ruang tunggu bioskop itu, dengan wajah yang ga enak kalau dilihat aku kembali mencari kontaknya.
Alhasil...
“Buset, pantesan ga ada.. Gua di delcont. Kampret !!”
Ini adalah kencan gagal pertamaku, belum pernah aku mengalami hal seperti ini. Oke ini sangat parah. Di luar kendali dan yang pasti aku merasa tidak enak sama gadis itu dan juga teman yang sudah mengenalkan kami.
Besoknya aku memberi tahu temanku tentang semua kejadian ini. Aku menjelaskan semuanya sampai dia pun juga terkejut dengar reaksi temannya. Tapi ini bukan sepenuhnya salahnya Nafia, tapi aku juga yang salah karena menghiraukannya. Sebenarnya, Nafia adalah orang yang baik, dia mempunyai paras yang cantik. Aku juga menyesal kenapa aku begitu tega menghiraukannya demi sebuah film.
Semua itu berlalu, 2 bulan sudah setelah kejadian itu terjadi. Kejadian yang mungkin saja bisa dibilang memalukan tapi cukup bisa membuat aku intropeksi. Hal ini juga aku ceritakan kepada Salsa, mantan pacarku. Dia langsung tertawa terbahak-bahak dan mengejekku dengan gaya ejekannya.
“Hahaha, Reenooo kok bisa gitu loh kamu biarin tuh cewe begitu”
“Ya aku kan emang gitu sa kalau lagi nonton, kamu tau kan?”
“Hmm iya sih, tapi aku juga ga segitunya amat sampai ninggalin kamu begitu”
“Iya, yaudah ga usah dibahas lagi”
“Engga aku masih mau bahas sampe kamu bete, haha lagian kok km jga ga nyadar sih?”
“Nah itu dia sa, aku juga ngerasa bersalahnya disitu”
Salsabilla Azzahra, dia seorang wanita yang tangguh mempunyai pendirian yang kuat dan cerdas. Selalu kritis apabila menemukan sesuatu yang tidak dia sukai ataupun tidak cocok dengan jalan pikirannya. Seorang calon dokter yang ramah ketika disapa.
Kita sudah tidak memiliki hubungan lagi semenjak kita lulus SMA, ketidaksamaan pola pikir membuat kita memutuskan untuk menghentikan hubungan saat itu juga. Tidak lagi menjalani sebuah hubungan bukan berarti menghalangi untuk saling memberi perhatian, ini terbukti kita masih saling berkomunikasi bahkan kita juga sesekali bertemu.
Terlepas dari masalah Salsa, aku kembali dikenalkan dengan seorang gadis lainnya oleh temanku. Kami kemudian bertemu di salah satu acara standup comedy, cara bertemu kami cukup unik. Kita saling mengenal ketika kita sama-sama tertawa, suasana hangat menyelimuti aura perkenalan kita, dengan harapan ini akan bisa lanjut lebih baik dari sebelumnya.
“Ver, besok kampus ga?”
“Iya Ren, tapi gue masuk jam 11an gitu kenapa?”
“Ga pp sih, mau ketemu aja hehe”
“Hmm yakin? Hahaha lo kan anaknya kelewat rajin. Abis kuliah langsung pulang”
“Hmm demi lo gua mau nunggu deh itu juga kalo cuaca mendukung hehe”
“Tuhkan, gua bilang juga apa. Yaudah jam 10an gmn?”
“Oke, kita tunggu besok ya”
Kami satu Universitas tapi beda fakultas. Kami jarang ketemu, tapi aku cukup yakin bahwa dia bisa menggoreskan warna baru di kehidupanku. Dia bisa dengan sangat rapih menggoreskan semua tintanya di sebuah kanvas yang tidak terlalu bersih. Semua lekukannya terlihat tegas terbuat dengan seksama. Secara teliti semua warna dipadukan menjadi satu dan kita hampir menyelesaikan lukisan yang indah ini.
Hadirnya Alice Veronita ini memang membuat segalanya berubah. Bangun pagi pun semangat untuk berangkat ke kampus lebih semangat lagi. Boleh dibilang sih moodboster lah. Vero, begitu panggilan akrabnya, sangat simple dan gadis yang aktif. Hampir semua kegiatannya di dedikasikan untuk kampus ini. Memang beda dengan karakterku yang malas mengikuti kegiatan apapun di kampus.
Singkat cerita kami berdua pergi untuk pertama kali, belajar dari pengalaman yang sudah kali ini aku tidak akan pergi ke bioskop untuk nonton. Dia akan kuajak jalan aja dan mungkin bisa makan di pinggir jalan atau apalah. Kami jalan dan menghabiskan waktu di panasnya kota Jakarta, dengan segala kebisingan yang ada aku tetap bisa mendengar suaranya yang pelan. Polusi yang menyesakki Ibukota ini tak membuat hidungku kebal dengan aroma parfumnya. Serta silau matahari pun tidak mampu menyipitkan mataku untuk melihat wajahnya. Semuanya berjalan dengan sempurna, ada tawa di balik ramainya suasana pinggir jalan saat itu. Ada tatapan penuh harap dari teriknya matahari saat itu, dan ada cinta yang akan terucap dari semua kepenatan kota itu.
Bersambung...
0 Response to "Awal yang Aneh"
Posting Komentar