Water
Label: bersambung , BLUE IS BETTER ONE , cebung , cerita , curhat , karangan , love story
0
BLUE IS BETTER ONE
by: Number02
(water)
Gadis itu nampak tergesa-gesa dalam langkahnya. Sorot matanya tajam seakan menunjukan sesuatu. Tangannya menggenggam erat tas yang dia bawa. Rambutnya terkibas pelan dengan kecepatan jalannya. Dahinya seakan menua sedikit karena dia mengerutkannya. Hawa panas di kampus itu membuat hela nafasnya semakin terburu-buru seiring jalannya, seketika itu.
“Awww, ‘bruk’ yah berantakan deh” – keluh gadis yang terburu-buru tadi karena bertabrakan dengan seseorang.
“Maaf maaf, ini salah gue. Aduh kertas lo jadi berantakan maaf yah” – seraya menunduk dan membantu merapikan kertas-kertas milik gadis tadi yang berhamburan.
“Rina! Iya lo Rina kan?” teriak gadis itu.
“Iya, lo...ya ampun Sekar! Aduuh udah lama kita ga ketemu. Maaf ya nabrak”
Pertemuan singkat itu telah membuat nostalgia kedua gadis itu kambali memasuki alur pikiran mereka.
“Aduh Rina maaf, gue harus buru-buru nih. Minta pin lo aja ya?”
“Oh gitu, yaudah nih scan aja deh” – sambil menunjukan blackberry-nya.
“Oke udah, di lain waktu kita ketemu lagi ya. Kangen Rin sama lo”
“Iya gue juga kangen. Okedeh nanti gue kabarin. Daah”
Keduanya berpisah dan menyisakan beribu pertanyaan untuk di tanyakan ketika mereka bertemu lagi. Hati mereka pun juga tidak sabar untuk ingin mencurahkan apa saja pengalaman mereka selama ini. Terpisah selama 3 tahun tidak membuat mereka canggung saat mereka bertemu lagi. Kisah pertemanan ini memang indah jika kita melihatnya.
***
Esok harinya sesuai janji mereka, Rina dan Sekar bertemu di kantin psikologi. Mereka bertukar pikiran serta pengalaman mereka.
“Kemaren lo mau kemana emangnya, sampe kita bisa tabrakan gitu?”
“Oh itu, gua ada janji sama om gue. Oh ya Rin, lu percaya karma?”
“Karma?” Dahi Rina seraya mengkerut dan mencoba untuk berpikir lebih lanjut tentang perkataan teman lamanya itu. Dia teringat Reno sahabatnya.
“Iya karma Rin, lu percaya?”
“Percaya kok kar, emang kenapa?”
“Hmm ga apa-apa sih, hehe nanya aja kok”
“Oh ya lu tau ga sih Kar kalo karma itu obatnya apa?”
“Obat? Ada kok, gua baru tau dari om gue kemaren. Nih” – sambil menunjukan kertas kecil bertuliskan askara Jawa.
“Ini bacanya apa? Gue perlu nih Kar. Boleh minta?”
“Lo kena karma?”
“Engga, hmm gua lagi ada tugas budaya aja jadi gua ngangkat ini. Bisa kan?”
“Oke ini latinnya, hehe. Semoga lancar ya tugas lo Rin”
“Iya makasih Kar, lo emang cewe Jawa yang kece pokoknya. Gue caw duluan ya hehe ada perlu.” – membereskan tasnya dan meminum seadanya sisa jus mangga yang di pesannya dan Rina meninggalkan teman lamanya itu.
***
Seketika itu juga Sekar terdiam, suasana ramai kantin itu terasa hampa baginya. Dirinya juga ingin menggunakan mantra ini. Karma ini seakan tidak mau lepas darinya karena dulu Sekar sering memacari pacar orang. Setiap ada cowo yang cakep dan dia sudah punya pacar, Sekar mendekati cowo ini dan si cowo putus dengan pacarnya lalu macarin Sekar. Sekar padahal tidak mempunyai niat untuk seperti itu, tetapi apa boleh di kata Sekar selalu seperti itu.
Akibatnya, ketika dia sudah menyadari perbuatannya itu dia ingin bertobat. Ternyata Tuhan menjawab kemauan tobat Sekar dengan cara lain. Di buat lah Sekar susah mendapatkan kasih yang dia impikan. Walaupun saat ini cowo yang mendekati Sekar tidak mempunyai pacar alias jomblo. Sekar menyadari sudah banyak kegagalan yang dia hadapi saat ini. Sekar berpikir bahwa inilah karma yang selama ini di bicarakan orang. Dia meminta tolong pamannya untuk menyembuhkannya dan dia mendapatkan mantra untuk menghilangkannya.
“Sekar, kalo boleh tau mantra ini cara pembuktian ampuh atau engganya gimana ya?”
“Iya Rin, kata om gue sih ditunggu selama 3 bulan dengan berpacaran dengan orang lain. Kalo dalam waktu 3 bulan tidak terjadi apa-apa alias langgeng maka mantra itu terbukti mujur ilangin karma itu. Lu kena deh pasti yekaan? Haha”
“Apa sih Kar, engga. Hubungan gua sama cowo gue baik-baik aja. Thanks ya”
“Sama-sama Rina”
Di malam itu juga Sekar mencoba untuk melafalkan mantra itu. Dia mencari cara bagaimana dia bisa mendapatkan cowo yang bisa jadi percobaan mantra ini. Mungkin di kampusnya, tongkrongannya, komunitasnya atau di tempat lain.
Saat ini Sekar seakan ingin melahap semua cowo yang ada di dekatnya. Semua pria yang ada di kampusnya sebetulnya banyak yang ingin mendapatkan Sekar. Walau begitu Sekar masih ingin menyeleksi siapa cowo yang pantas untuk dia jadikan korban ini. Pilihannya jatuh kepada Dimas Brenandi anak sastra Jerman yang seangkatan dengannya. Dimas ini memang sudah dekat dengan Sekar. Tapi Dimas hanya menganggap Sekar biasa saja, tetapi kali ini Sekar akan lebih menarik perhatian dari Dimas.
Tukang sate itu nampak dengan lihai membolak-balik tusuk sate yang ada di panggangan itu. Telinganya pun sangat peka apabila mendengar pesanan orang yang memesan. Semua itu terangkum secara singkat dan terjadi begitu saja. Istrinya membantu menyiapkan bumbu-bumbu dan piring sate atau kertas bungkus nasi. Tangan-tangan sepasang suami istri itu nampak sangat lihai dalam mengolah, mengipas, menusuk, serta mengolesi semua sate itu. Dengan asap yang mengebul ke semua arah membuat orang lewat mencium harum aroma sate tersebut. Mereka bisa karena biasa.
Begitu juga dengan Sekar, dia terbiasa untuk bisa memikat hati para lelaki yang dikahendakinya. Dengan mudah Dimas terperangkap seperi tertusuk lubang hidungnya dan menuruti kemana pun Sekar pergi. Dimas kali ini sudah menjadi bahan pembicaraan di kampus. Lelaki dengan rambut cepak dan berbadan sehat ini telah mendapatkan hati dari Sekar. Semua cowo di setiap jurusan iri dengannya. Tetapi Sekar dalam hal ini berniat lain.
Beberapa hari ini Sekar sering pulang bersama Dimas. Mereka sering jalan berduaan di kampus atau pun di tempat lain. Tetapi tidak untuk hari ini, Sekar sedang ada tugas di rumah temannya dan terpaksa mereka tidak pulang bersama. Hari sudah menunjukan jam 15.30 WIB dan langit tampat mendung. Hari itu nampak angin ingin menunjukan keganasannya untuk menyapu semua yang ia lewati.
Akhirnya hujan turun dengan lebat, Sekar kini kebasahan karena dia tidak membawa payung ketika berangkat kuliah hari itu. Sepulangnya dari tumah temannya dia berniat langsung pulang dan hujan mengguyurnya hingga basah. Dia beruntung bisa masuk ke dalam sebuah coffee shop bernama Delight Coffee untuk berteduh.
Dilihat dari kejauhan ada bangku kosong di depan seorang pria yang sedang asik dengan smartphonenya. Pria itu tampak sangatlah dewasa dengan perawakannya yang cukup tinggi, dengan sedikit bulu halus di sekitar dagunya, kumis tipis yang tertapa rapi di atas mulutnya, serta wajah yang amat serius menggambarkan karakter pria ini. Pria tersebut kemudian senyum karena melihat smartphonya, mungkin dia melihat gambar lucu atau pesan yang aneh. Pria ini mengundang hati Sekar untuk bisa duduk di depannya. Dengan aga berlari dia melewati bapak-bapak yang juga ingin duduk di di depan pria ini karena cafe tersebut penuh.
Dia pun meminta izin dan akhirnya dia duduk di depan pria tadi. Pria itu tersenyum kepadanya. Senyum manis itu seakan sangat pas sekali dengan aroma biji kopi yang sedang di ramu di cafe itu. Pria berkulit cokelat terang ini sangat santai sekali menikmati setiap sruputan gelas kopinya. Rambutnya sedikit ikal dengan model yang rapih. Sekar tiba-tiba saja menyukai setiap lekuk dari pria ini.
0 Response to "Water"
Posting Komentar